Thursday, December 3, 2015

New Years Resolutions



Tak terasa kita sudah tiba di penghujung tahun 2015. Melewati badai hidup yang mungkin sempat menghempas kehidupan kita juga moment-moment bahagia yang kita habiskan bersama teman dan keluarga. Tentunya kita memperoleh pelajaran dan hikmah dari semuanya itu. Kembali melihat resolusi yang pernah kita buat di awal tahun, apakah sudah ada realisasi dan hasilnya di akhir tahun ini atau malah kita lupa resolusi yang pernah dibuat.
Na, udah setahun neh, tetep aja lo gak kurus-kurus. Gimana seh lo?” “Hahaha...rese lo Win. Iye neh.” “Jadi gak lo ikut member gym?” “Hihihi...gak jadi. Males gw.” “Yah elah...pantesan. Lo makan seabrek-abrek gitu. Olahraga kagak. Cape deh...”
“Di, gimana bisnis yang lo bangun? Sudah sukses dong.” “Yah berjalan sih bro, tapi pusing gw mikirin utang bank dan untung juga gak seberapa. Kayaknya mau gw tutup deh..”

Resolusi adalah sebuah keputusan yang teguh untuk melakukan sesuatu atau tidak melakuan sesuatu. Mengapa seringkali resolusi tidak dapat terealisasi? Karena yang seringkali kita terapkan adalah pola “DO-HAVE-BE”. Saya akan melakukan (DO) ini (contoh : penurunan berat badan atau bekerja lebih giat), sehingga saya mendapatkan (HAVE) ini (red. kepercayaan diri/uang lebih banyak) dan akhirnya saya menjadi (BE) ini (red. percaya diri/orang kaya). Kita fokus pada ‘bagaimana kita melakukannya’ (DO) dan menjadi terbebani serta stress karena sebenarnya bukan perkara yang mudah untuk menurunkan berat badan dan menjadi workaholic.

Coba kita balik polanya menjadi “BE-DO-HAVE”. “BE” bicara tentang siapa kita (who we are) atas dasar keinginan, kebutuhan, nilai-nilai dan tujuan. Pastikan dengan jelas kita ingin menjadi apa, maka kita akan secara sadar membuat pilihan-pilihan untuk melakukan sesuatu (DO) dan berdampak pada hasil akhir (HAVE). Di akhir tahun kita dapat mengevaluasi ulang dan membuat resolusi baru. Selamat Mencoba! (sc)


~ Be More Awesome Than Last Year ~

Friday, November 13, 2015

Sincerity & Purity

 
 
Ketulusan dan kemurnian adalah dua kata yang selalu terngiang-ngiang di beberapa bulan ini. Di tengah hiruk pikuk dan bertambah edannya dunia, dua kata tersebut seakan tertutup dan hilang dengan hingar bingarnya dunia. Begitu banyak orang seolah mengedepankannya namun sesungguhnya telah kehilangan maknanya. Bersembunyi di belakang dua kata tersebut tapi sebenarnya kelicikan, kebohongan dan kekotoranlah yang mengambil peran utamanya. Ketulusan dianggap suatu kebodohan dan kemurnian/kejujuran dianggap terlalu konservatif serta ketinggalan jaman.

Ada seorang karyawan kantoran mencoba memanipulasi absensi dengan memalsukan surat ijin istirahat dari dokter. Hal ini diketahui oleh perusahaan dan memanggil karyawan tersebut. Sayangnya karyawan ini tetap mempertahankan kebohongannya sebagai kebenaran walau sudah jelas-jelas terbukti salah. Pihak perusahaan memberinya SP3 dan tetap memotong hak cutinya serta tidak mendapat kenaikan gaji juga bonus. Sayang, bukan? Yang lebih menyedihkan si karyawan tetap merasa dirinya benar. Sebuah kebohongan kecil, dampaknya besar. Jika karyawan tersebut mengaku bersalah saja, mungkin perusahaan juga tidak sampai memutuskan demikian. Dari cerita ini, marilah kita merenung sejenak nilai-nilai apa yang kita pegang dalam hidup dan bagaimana kita menjalani hidup hari demi hari. Jangan terlalu berorientasi pada hasil akhir saja tapi menyepelekan proses dalam mencapai hasil akhir. Buat apa hasil akhirnya sukses dan berhasil namun ternyata upaya untuk meraihnya dengan cara-cara yang tidak benar dan mengorbankan orang lain.

Seorang suami yang sudah dikaruniai seorang putra dan istri yang penuh waktu mengurus rumah tangga, berselingkuh dengan teman wanitanya di kantor. Merasa terbebani dengan seorang istri yang hanya mengenyam pendidikan SMU dan tidak bekerja. Dulu sebelum menikah, tidak masalah dengan keadaan istrinya. Bebarapa tahun kemudian hal tersebut menjadi masalah besar dan bersikeras untuk menceraikan istrinya. Aneh tapi nyata, bukan? Itu baru segelinter lika liku kehidupan rumah tangga. Kemanakah cinta yang dibilang 'taik kucing pun rasa coklat'? Kini 'taik kucing' nya benar-benar berasa bau hahahaha...Ketulusan dan kemurnian cinta sesungguhnya dalam kehidupan rumah tangga diuji oleh waktu. Dapatkah tetap tulus dan murni mengasihi di kala pasangan Anda tidak demikian?  Dapatkah tetap tulus dan murni menjalani kehidupan berumah tangga seperti janji pernikahan yang telah diikrarkan? Memang tidak mudah, bukan? Badai hidup pasti datang. Perahu rumah tangga dapat saja retak ketika dihempas badai. Menyadari dan mengakui keretakan serta mau berupaya untuk memperbaikinyalah itu butuh kerendahan dan ketulusan hati. Banyak perahu rumah tangga hancur dan kandas karena keduanya tidak mau lagi memperbaiki. Hati keduanya menjadi keras dan pahit serta keduanya sudah menyerah. Perceraian menjadi solusi cepat dan dianggap mudah untuk mengakhiri sebuah dilema rumah tangga.
 
Biarlah ketulusan dan kemurnian ada dalam setiap langkah hidup kita. "Tetapi aku, Engkau menopang aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di hadapan-Mu untuk selama-lamanya" (Mazmur 41:12) Jika mau hidup dan rumah tangga kita ditopang oleh Tuhan, milikilah ketulusan hati. Orang fasik dirobohkan karena kejahatannya, tetapi orang benar mendapat perlindungan karena ketulusannya (Amsal 14:32). Mau hidup dan keluarga kita mendapatkan perlindungan kala menghadapi badai, jadilah orang benar dan tulus. Saya sangat suka dengan perkatan rasul Paulus  yang berkata,"Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah." (2 Korintus 1:12). (sc)


"Be sincere in your thoughts. Be pure in your feelings.You will not have to run after happiness.
Happiness will run after you."







 
 
 
 


Thursday, November 5, 2015

The Magic of Christmas


Perayaan Natal selalu dirayakan dengan meriah dan spesial setiap tahunnya baik oleh orang Kristen atau pun non Kristen. Natal adalah waktunya berlibur dan berbagi dengan keluarga. Tradisi memasang pohon natal, cerita mengenai Santa Clause, saling menukar hadiah, ajang kumpul keluarga menjadi kebiasaan umum kebanyakan orang. Anak-anak pun dijejali dengan cerita dongeng tentang seorang pria bertubuh besar, berjenggot putih, mengenakan kostum merah ala kutub, membawa kereta salju yang penuh dengan hadiah, dan memberikan hadiah bagi anak-anak yang baik dan tidak nakal. Terdengar lucu tapi tidak benar. Setiap resto, cafe, tour, hotel dan mall mengadakan acara yang menarik dimulai dari promo, sajian paket eksklusif dan bonus hadiah yang menggiurkan menjelang natal. Apakah natal hanya sebatas itu bagi Anda?
Marilah sejenak kita merenung kembali makna sesungguhnya tentang natal. Jangan sampai kita melakukan semua tradisi kesenangan natal tapi kehilangan arti yang benar. Apa arti keajaiban natal untuk hidup Anda? Berita kelahiran Sang Juru Selamat ke dunia merupakan Kabar Terbesar dan Anugerah Terbesar bagi umat manusia. Apakah Yesus sudah lahir di hati Anda? Mengalami keajaiban natal adalah mengalami kehadiran dan penyertaan Tuhan dalam hidup secara pribadi. Untuk apa acara natal yang heboh atau hadiah yang mahal tapi tidak ada kehadiran Tuhan. ”The magic of Christmas is not presents but His presence!”


Semua orang pasti menginginkan ‘hadiah’ entah itu berupa barang, uang, kehadiran seseorang yang spesial, kesehatan yang baik, kesuksesan dalam karir, promosi, anak-anak yang berhasil, bisnis yang lancar dan berkembang, pelayanan yang cemerlang, dsb. Apakah gunanya semuanya itu tanpa kehadiran dan penyertaan Tuhan? Mungkin Anda memperoleh ‘hadiah-hadiah’ itu dan bahagia sejenak, namun pada akhirnya Anda akan tetap merasakan kekosongan dan keresahan yang mendalam. Mengutamakan dan mengejar kehadiran Tuhan adalah kunci mengalami keajaiban natal. Jika keajaiban natal terjadi dalam hidup Anda, maka Anda akan menerima kejutan hadiah yang tidak pernah Anda duga sebelumnya. (sc)



Let the magic of Christmas sparks through you to the world! Miracles will take place and glory to God alone!
 

HOW DO I LOOK, HEAVEN? PERFECTO!


“Ge, lo tau gak sekarang lagi marak loh soal bedah bariatrik/bedah obesitas...katanya permanen dan banyak yang berhasil kurus loh.” “Oh ya...diapaain tuh?” “Itu loh lambung lo dikecilin atau usus kecil lo di-bypass alias dipotong jad mengurangi penyerapan.” “Ihh...serem amat sih, La. Lo kan gak gemuk-gemuk amat. Lo kurangin makan ama olah raga dikit juga udah okay. Gak usah pake acara bedah-bedahan segala lah...” “Tapi ini lebih cepet hasilnya, Ge. Gak perlu pake olah raga segala dan gak bakal balik gendut lagi!”
Dunia menetapkan standard untuk kategori cantik dan tampan berdasarkan paras wajah, bentuk dan ukuran tubuh. Wajah cantik dan tampan ala Barbie & Ken, tubuh kurus tinggi ramping dan fashionable. Namun apakah benar demikian? Setiap manusia unik dan berharga. Keunikan dan keberhargaannya tidak ditentukan dari penampilan fisik dan keberhasilan yang telah dicapai dalam hidup. Intinya ada pada bagaimana Anda memandang diri. Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa, cara pandang terhadap diri sendiri telah rusak. Dosalah yang membuat gambar diri manusia hancur.
Prinsip yang harus dipegang dalam cara memandang diri dengan benar adalah kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Kita ini mulia dan berharga di mata-Nya karena karya penebusan-Nya yang mulia. Atas prinsip itulah kita harusnya memandang diri sendiri dengan menerima dan mengasihi diri kita apa adanya. Bersyukur atas setiap kelebihan dan kekurangan. Kecantikan luar akan pudar dimakan waktu tapi kecantikan batiniah diperoleh dari hati yang takut akan Tuhan, intimacy, pengenalan dan pertumbuhan iman. Itulah kecantikan sesungguhnya.

Jadi mau kurus, gemuk, pendek, tinggi, putih, cokelat...Anda tetap cantik, sempurna dan berharga di mata-Nya! (sc)

You are the reflection of God’s image. That’s why heaven says,”PERFECTO!” (Castly)

The Life In Your Years



"Man From Stars" drama Korea yang tidak sengaja saya lihat diputar di salah satu channel Indovision, membuat saya tertarik dengan ceritanya. Bukan hanya aktor dan aktrisnya yang tampan dan cantik tapi setelah menonton serial ini, saya ingin menulis tentang "TIME"...ya waktu! Waktu adalah satuan hitung lamanya sebuah masa. Seringkali berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ada begitu banyak orang berharap seandainya mereka dapat memutar ulang waktu, namun kita tahu itu tidaklah mungkin. Slogan 'time is more than money', 'time is precious', 'you can't buy time', sering kita dengar. Sayangnya tidak semua orang menyadari dan menghargai waktu. Terkadang vonis dokter terhadap sebuah penyakit yang menyebabkan kematian dini baru mengejutkan dan menyadarkan bahwa waktu untuk hidup di bumi tinggal sedikit lagi.
 
Apakah harus menunggu kondisi kritis dulu baru kita sadar ternyata waktu itu begitu berharga? Kita tidak pernah tahu pasti berapa lamanya waktu yang diberikan untuk hidup di dunia ini. Pastinya setiap orang ada batas waktunya. Saya jadi teringat puisi Chairil Anwar yang berjudul "AKU" dimana di akhir puisinya sang penulis berkata,"Ku ingin hidup seribu tahun lagi". Ya semua orang mengharapkan umur panjang agar dapat menggapai impian-impiannya. Umur manusia diperkirakan 60 s/d 70 tahun...jika dikasih bonus paling sampai dengan 80 tahun. Ini kata Alkitab loh di Mazmur 90:10...masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
 
Di akhir intinya bukan berapa lama kita hidup tapi bagaimana kita menjalani hidup. Bukan berapa banyak waktu, namun bagaimana kita menggunakan waktu. Mari kita fokus sejenak dalam hal menjalani hidup dan menggunakan waktu. Apakah aku tahu panggilan hidupku? Apakah aku sudah berjalan dalam panggilan dan hidup maksimal? Jangan sampai waktu berlalu dan kita menyesal telah membuatnya berlalu begitu saja.(sc)
 

“And in the end, it’s not the years in your life that count. It’s the life in your years.” — Abraham Lincoln

Tuesday, October 13, 2015

Bad Impact of Hyper Parenting

 
Kalo hari-hari ini lagi pada heboh bahas tentang hypergrace, saya hendak mengulas tentang hyper parenting :) Topik ini menarik karena saya pribadi mengalami hal tersebut sebagai anak dan kelak menjadi bekal saya menjadi orang tua. Seorang anak bayi bagaikan sebuah kertas polos dalam kehidupan sedangkan orangtua bagaikan sebuah pena bertinta yang pertama kali menorehkan sebuah coretan dalam kehidupan sang anak. Bagi orangtua jaman behula, mereka mendidik anak secara natural saja. Mitos, adat istiadat, kebiasaan yang berlaku di masyarakat menjadi pedoman yang turun temurun diikuti. Saya tidak mengatakan bahwa semua itu salah, namun harusnya kebenaran Firman-lah yang menjadi landasan. Menjadi orang tua adalah sebuah kepercayaan dan anugerah. Berhentilah mengulang kesalahan orangtua dulu dengan hyper parenting. Mulailah sadar dan rendah hati untuk belajar sebagai orangtua agar dapat mendidik anak secara benar.
 
Semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan menyenangkan. Sayangnya tidak semua orangtua memahami kepribadian anak-anaknya. Tidak jarang orang tua yang memaksakan kehendaknya pada anak dengan dalih itulah yang terbaik bagi sang anak tanpa mempertimbangkan kemampuan, kesiapan dan perasaan si anak. Akibatnya fatal bagi anak bila mengalami pola pengasuhan yang salah. Jadi apa hyper parenting?
 
Hyper-parenting merupakan pola pengasuhan yang dilakukan dengan kontrol berlebihan dari orangtua. Dalam pola pengasuhan ini, orangtua memiliki derajat kontrol yang mutlak dan tinggi terhadap anak-anaknya. Pada pengasuhan ini, orangtua berusaha keras untuk mencermati apapun yang dilakukan oleh anak-anak dan segala hal yang diberikan kepada anak-anak mereka. Tentunya hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengatisipasi berbagai permasalahan yang mungkin dapat terjadi baik saat ini maupun dimasa yang akan datang.
 
Adapun tujuan dan maksud orangtua yang cederung menerapkan pola pengasuhan seperti ini didasari oleh rasa sayang dan cinta kasih terhadap anak-anaknya. Selain itu, besarnya keinginan orangtua agar sang anak bisa menjadi generasi yang lebih baik, terutama jika mereka bandingkan dengan keadaan dirinya terdahulu menjadi hal yang mendorong mereka untuk cenderung lebih protektif terhadap anak-anaknya. Hanya saja, dalam pola pengasuhan seperti ini, orangtua memiliki tingkat kecemasan yang terlalu tinggi, sehingga cenderung mereka lebih mengejar hal tersebut dengan alasan yang emosional.
 
Umunya, pola pengasuhan hyper-parenting dipengaruhi karena orangtua mereka merasa tidak puas dengan pola pengasuhan yang mereka dapatkan sewaktu masih kecil. Bisa jadi orangtua merasa tidak puas dengan pencapaian karir atau kehidupannya secara keseluruhan. Akibatnya, hal ini melahirkan semua obesesi ditambah dengan ketidakberuntungan itu yang dibebankan pada anak-anaknya saat ini.
 
Sebenarnya, wajar saja jika orangtua berharap anak-anak mereka dapat mewujudkan keinginannya. Akan tetapi, kita pun perlu tahu bahwa memaksakan kehendak bukanlah jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. Ada dampak fatal yang akan ditimbulkan pada anak-anak, yakni dapat menghambat pada pertumbuhannya, selain itu juga dapat meimbulkan kemarahan yang berlebihan dikarenakan anak-anak merasa tidak memiliki kebebasannya. Selain beberapa hal diatas, ada pula beberapa hal dan dampak buruk lain yang bisa ditimbulkan pada orangtua yang menerapkan pola pengasuhan hyper parenting. Apa sajakah hal tersebut? Mari kita simak berikut ini :

1. Membuat Anak Mudah Cemas

Dengan menerapkan pola pengasuhan ini, hidup anak akan cenderung menjadi tidak tenang. Betapa tidak, pengaturan yang berlebihan dan pola mendidik anak dengan terus-terusan mengikut sertakan orangtua didalamya akan serta merta membuat anak cemas. Terlebih lagi, anak-anak cenderung seringkali merasa kurang percaya diri atau kurang bebas mengekspresikan dirinya sewaktu orangtua mereka bertindak seolah menyatpaminya. Untuk itulah, memang wajar memberikan dukungan pada anak dengan terus berada disamping mereka. Akan tetapi, tidaklah bijak jika anda memaksakan kehendak anda pada anak-anak. Biarkan anak memilih apa yang mereka inginkan. Dengan begini anak-anak akan dapat menjalaninya dengan senang hati.

2. Emosi Anak yang Mudah Meledak

Pengaplikasian pola pengasuhan hyper-parenting umumnya lebih cenderung membuat orangtua seringkali mendikte anak dan memberikan banyak perintah dan meminta mereka untuk dapat mematuhi keinginan orangtuanya. Hal inilah yang pada akhirnya, membuat anak menjadi cenderung kaku. Selain itu, banyak tekanan yang akan mereka dapatkan dari orangtuanya, terutama ketika perintah atau keinginan orangtua tidak sesuai dengan apa yang mereka sukai. Hal ini yang pada akhirnya akan membuat emosi anak cepat meledak.

3. Anak Menjadi Kurang Aktif

Kebiasaan yang selalu "diarahkan" dan "didikte" membuat anak-anak hanya akan terbatasi. Kebiasaan oragtua yang memberikan perintah atau menekankan kehendaknya pada anak, membuat mereka terus-terusan terbatas pada apa yang anda harapkan. Tanpa anda sadari, hal inilah yang membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang kurang kreatif. Berbeda dengan anak-anak yang diberikan pola pengasuhan yang lebih baik, seperti halnya anak-anak yang diasuh dalam pengasuhan demokrasi. Anak-anak dalam hal ini akan cenderung lebih bebas dan lebih ceria, karena diberikan ruang untuk berekspresi namun dengan tidak menghilangkan pengawasan dari orangtua. Anak-anak yang seperti ini tentunya menjadi lebih kreatif dan cerdas.

4. Depresi Pada Anak

Tidak menutup kemungkinan, anak-anak yang seringkali disibukkan dengan berbagai kegiatan dan tugas yang diberikan oleh orangtuanya dalam rangka "me-manage" anak, akan mencetak pribadi yang murung, kurag ekspresif dan bahkan sulit mendapatkan teman. Hal ini tentunya, masuk akal jika mengingat anak-anak yang dibebani dengan tugas dan kegiatan yang menumpuk membuat mereka cenderung lebih sibuk dengan kegiatannya dan membuat mereka perlahan mengabaikan dunia sosialnya.
 
Meskipun menginginkan yang terbaik untuk anak-anak, namun bukan berarti anda bisa mengabaikan dampak buruk dan sisi negatif yang bisa mereka hadapi dari pola pengasuhan yang seperti ini. Orangtua juga perlu mempertimbangkan hal ini demi kebaikan anak secara keseluruhan. Menerapkan pola asuh yang terbaik adalah kunci dari keberhasilan orangtua dalam mendidik anak menjadi generasi bangsa yang lebih baik dan berkualitas. Untuk itu, mengenali dampak baik dan buruk yang mungkin ditimbulkan pada sebuah pola pengasuhan adalah modal awal untuk bisa menentukan pola pengasuhan seperti apa yang akan anda berikan pada anak-anak Anda.



 





Monday, October 12, 2015

Defending Your Domain


Warrior in Battle
2 Samuel 23:8-12 mengisahkan tentang Pahlawan-Pahlawan Daud. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang berdiri mempertahankan wilayah yang Tuhan sudah percayakan untuk mereka. Setiap kita sudah dipercayakan wilayah-wilayah oleh Tuhan baik itu keluarga, pekerjaan, janji-janji Tuhan dan berkat, yang dapat disebut sebagai Warisan. Pertanyaannya apakah kita sudah berjuang/berperang untuk mempertahankannya? Kenapa banyak perceraian dalam rumah tangga? Itu karena salah satu pihak atau bahkan  kedua2nya sudah tidak lagi berusah mempertahankan keharmonisan dan keutuhan rumah tangga. Menyerah ketika badai hidup melanda bahtera pernikahan dan membiarkan badai menghancurkan apa yang telah dibangun.
 
Red Beans
Yang menarik dari kisah pahlawan Daud adalah cerita mengenai Sama, anak Age, orang Harari. Jika dibandingkan dengan Isybaal (melawan 800 orang sendirian) dan Eleazar (berperang sampai pedang tinggal melekat di tangan), kisah pertarungan mereka begitu spektakuler dan hebat. Sedangkan Sama, dia hanya berdiri mempertahankan sebidang tanah ladang kacang merah. Kelihatan kecil dan sepele, bukan? Bukankah kita sering kali menyepelekan hal kecil dan tidak penting? Tapi tahukah ladang kacang merah itu punya arti yang penting? Kacang merah mengandung asam folat, kalsium, karbohidrat dan berprotein tinggi. Kacang merah kaya akan antioksidan, sumber protein nabati, meningkatkan energi tubuh, menyehatkan pencernaan, mengontrol kadar gula darah, mengoptimalkan memori otak, membentuk otot tubuh dan memenuhi kebutuhan gizi sehat.
 
Coba bayangkan sejenak, pasukan tentara jaman dahulu tidak dilengkapi sarana dan teknologi seperti sekarang ini. Kondisi fisik yang prima sangat dibutuhkan untuk berjalan dari satu wilayah ke wilayah lain dan bertempur. Sekarang kita mengetahui betapa pentingnya sebidang tanah ladang kacang merah untuk pasukan Israel di jaman itu. Kacang merah menjadi asupan yang penting untuk mendukung daya tahan dan kesehatan tubuh mereka. Sebidang tanah ladang kacang tanah yang kelihatannya kecil namun menjadi sumber asupan yang memberikan kekuatan bagi para tentara Israel.

Pertahankan apa yang kelihatannya kecil dan tidak penting. Mungkin sekarang terlihat kecil dan tidak penting namun kemudian hari dapat menjadi suatu hal yang besar dan berdampak bagi banyak orang. Pertahankan keluargamu, pertahankan anak-anakmu, pertahankan warisan yang Allah berikan dalam hidupmu. Bertempurlah! Pertahankan dan rebutlah kemenangan!

Preached by : Harold Maurits

Thursday, September 10, 2015

"Masala Dosa"? atau Masalah Dengan Dosa?


Masala Dosa” ini mah enak...makanan khas India yang berasal dari India Selatan, dimana terdiri dari crepes garing yang digulung, di dalamnya terdapat onion, kentang dan berbagai bumbu khas India. Sebagai pendampingnya, disediakan 3 macam makanan, yaitu Chutney (semacam kari kental), Coconut Chutney (yang ini menggunakan kelapa jadi berwarna putih dan tekstur kelapanya sangat terasa) dan Shambar (semacam sup yang terdiri dari berbagai sayuran). Anda boleh mencoba makanan unik ini.

Tapi bagaimana dengan masalah dengan dosa? Awalnya sama-sama menggoda dan enak dinikmati tapi berujung pada maut. Belum lama ini kita mendengar berita artis rohani yang tadinya menjadi panutan orang, memberkati orang banyak melalui pujian dan penyembahan, tiba-tiba dengan bangganya mengumumkan perselingkuhannya dengan sesama artis rohani juga. Ada juga berita seorang hamba besar internasional yang terkenal dengan pelayanan kesembuhannya, berselingkuh dan bercerai dengan istrinya.

Berita perselingkuhan sekarang ini menjadi peristiwa yang umum dan dianggap biasa oleh masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma dan prinsip-prinsip kebenaran diabaikan. Hati nurani seakan tidak lagi terdengar suaranya. Berselingkuh dengan istri/suami orang lain tanpa disadari menjadi trend dan dibiarkan menjadi konsumsi publik. Berbangga hati mengumumkan perselingkuhan di depan banyak orang dengan alasan cinta dan nyaman satu dengan yang lain. Apakah kebenaran dan kekudusan bisa dikompromikan? Sedikit menyimpang tidak mengapalah...toh kita masih manusia. Apakah benar demikian?

He gave His life 4 U & Me
Tuhan membenci dosa bukan orang berdosa. Itulah alasan kenapa Yesus mati supaya manusia dimerdekakan dan beroleh pengampunan akan dosa. Orang-orang percaya dan mengetahui kebenaran ini masih ada kemungkinan untuk jatuh dalam dosa. Karena setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri. Orang percaya kompromi akan dosa karena kasihnya terhadap Tuhan sudah menjadi dingin dan takut akan Tuhan tidak lagi memerintah di hidupnya. “Ah...ini toh dosa kecil..gpp lah..nanti tinggal minta ampun saja lagi..Tuhan pasti mengampuni. Kan masih ada anugerah Tuhan.”  Tidak ada dosa kecil atau dosa besar. Dosa yah dosa! Mungkin orang lain tidak tahu apa yang Anda lakukan, tapi jangan lupa Tuhan melihatnya. Segeralah bertobat, jangan tinggal dalam dosa dan berlaku seakan semua baik-baik saja. Keadaan demikian sangatlah tidak baik dan mendukakan hati Tuhan. Apakah Anda lupa pengorbananNya yang besar dan harga yang Dia bayar di atas kayu salib?

Ingatlah kembali kasihNya yang besar, bertobatlah dan hiduplah dalam kebenaran dan kekudusan. Jangan jadi serupa dengan dunia tapi marilah kita mengalami pembaharuan (metanoia) dan pertobatan yang sungguh. Dengan hidup demikian kita menghargai dan menghormati karya mulia Tuhan bagi umat-Nya. (sc)

 

Tuesday, August 11, 2015

Yihaaa...Kongkow Time


Kongkow adalah bahasa yang lagi nge-trend dari nongkrong atau kumpul-kumpul bersama dengan teman-teman. Biasanya disertai dengan makan bersama atau cemilan ringan dengan minuman sembari chit chat. Tempat-tempat kongkow pun akhirnya banyak dibuka hampir di seluruh wilayah Jakarta. Dari resto sampai cafe unik yang menyediakan tempat, fasilitas wifi dan suasana yang cozy (red. nyaman). Dari yang murah meriah sampai yang mahal juga ada. Sungguh banyak variatifnya, tinggal menyesuaikan dengan budgetnya saja. Apa saja sih yang diperoleh dari kongkow? Ya, kebersamaan, membangun pengenalan satu sama lain, mempererat hubungan pertemanan, saling mendukung dan bertumbuh bersama.

Berikut adalah tips atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kongkow :

Ø  Content/Isi

Pastikan kongkow-kongkow kita tidak berlalu begitu saja dengan hanya sekedar mendapatkan suasana fun. Perhatikan topik/isi pembicaraan saat kita berkumpul. Alangkah baiknya jika membicarakan hal-hal yang membangun bukan malah bergosip ria. Contoh : peluang bisnis, dekorasi rumah, resep makanan, dll.

Ø  Aplikasikan Kasih

Ketika kongkow usahakanlah untuk mengaplikasikan kasih secara nyata. Bentuknya sederhana, yaitu peduli satu akan yang lain. Menerima satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita. Jangan ada juga yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain. Kongkow bukan ajang prestige dan ajang konsumerisme. Bukan tidak boleh kongkow di tempat yang lagi ‘trend’, nyaman dan berkelas. Sesekali boleh lah untuk mencobanya. Tidak menjadi suatu keharusan, bukan? Alangkah baiknya jika kelompok kongkow kita bisa terbuka untuk semua orang dan dibuat sederhana saja tapi tetap fun.


Ø  Pilihlah Teman-Teman Anda

Tidak semua orang kita dapat berteman. Hati-hati dengan “toxic people” (red. negative people)! Orang-orang yang demikian tidak akan pernah membawa kita sampai pada tujuan hidup kita. Ada 4 jenis orang yang harus jadi perhatian kita : apakah teman kita menambahkan dan memultiplikasi hidup kita atau malah mengurangi hal yang baik dan memecah belah? Pastikan memilih teman-teman yang benar dalam ber-kongkow karena pergaulan kita akan mempengaruhi hidup kita.

“Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Selamat, ber-kongkow-kongkow ria! (sc)

 
 

Thursday, June 25, 2015

SELF-CONTROL IS FREEDOM!


Masa-masa muda adalah waktu dimana pergumulan dan pemberian makna mendalam mengenai kebebasan dan ketaatan. Entah pengalaman buruk atau baik, dapat dijadikan pedomn dan pembelajaran. Anda lebih senang memilih BEBAS atau TAAT? Banyak orang menyukai kebebasan, bukan? Bebas (tidak terbatas/unlimited) sedangkan taat (terbatas/limited).

Udin merasa iri dengan teman-teman yang mempunyai kebebasan dalam menggunakan waktu dan uang, seakan-akan mereka tidak mempunyai batasan dalam menggunakan kedua hal tersebut. Yang membuat Udin iri, karena Udin tidak memiliki keduanya, baik kebebasan dalam hal waktu atau-pun dalam hal uang. Udin dididik oleh seorang bapa, yang disiplin dalam menggunakan waktu, sehingga harus pulang ke rumah lebih cepat dan bahkan tidak diberi uang jajan. Akibat didikan tersebut, sekarang Udin menjadi seorang pengusaha yang berhasil dan memiliki rumah tangga yang baik.

Rosi merasa menjadi utama dalam keluarga karena semua keinginannya dari kecil selalu saja dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Situasi ini selalu membuat cemburu teman-teman dekatnya. Rosi pun tumbuh menjadi gadis yang manja, pemarah dan pemaksa. Kebebasan akan materi dan waktu pun menghancurkannya. Rosi menyukai clubbing, menjadi shopaholic dan ditemukan overdosis di apartemennya. Tragis, bukan?

Jadi pada dasarnya kita menginginkan kebebasan, tetapi kenyataannya, sangat tidak mungkin kebebasan yang unlimited itu diberikan kepada seseorang. Kebebasan yang unlimited dapat menghancurkan kehidupan seseorang. Batasan-batasan berupa prinsip, aturan, norma yang dianggap menghalang-halangi kebebasan, seringkali digunakan untuk menjaga kehidupan agar tetap berjalan baik, aman dan seimbang.

Mari kita lihat sejenak kejadian awal mula manusia jatuh dalam dosa. Adam & Hawa diberikan kebebasan yang sama untuk makan semau buah di taman Eden, kecuali satu yaitu pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat (Kej 2:15-17). Adam dan Hawa sama-sama tahu tentang sebab akibat tersebut. Tetatpi mereka memilih makan dan menanggung akibat perbuatan mereka sendiri (Kej 3:14-19). Akhirnya kebebasan yang Tuhan percayakan kepada Adam dan Hawa hilang. Kebebasan hilang karena ketidak-taatan.

Kebebasan tanpa ketaatan adalah kesewenang-wenangan, sedangkan ketaatan tanpa kebebasan adalah perbudakan. Jadi ada hubungan yang erat antara kebebasan dan ketaatan. Galatia 5:1 berkata supaya kita sungguh-sungguh merdeka. Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Kita telah bebas karena dimerdekakan dari belenggu dosa oleh Kristus, tetapi kebasan yang kita miliki harus tetap pada jalan dan prinsipnya Tuhan. Yang tadinya hamba dosa sekarang kita telah menjadi hamba Kristus. Jadi kebebasan yang kita miliki sebagai hambaNya juga harus desertai dengan ketaatan.

Bagaimana kita mengaplikasikaan kebebasan yang disertai ketaatan dalam kehidupan? Caranya dengan “Pengendalian Diri” (self control). Pengendalian diri merupakan salah satu dari buah Roh (Gal 5:23). Pengendalian diri sangat penting, karena apa yang tidak dikendalikan, maka hal itu yang akan mengendalikan kita. Contoh : Lidah. Lidah kita dapat menghancurkan apa yang sudah dibangun. Dengan perkataan, kita dapat menghancurkan reputasi, pernikahan, hubungan, bahkan masa depan seseorang, hanya dalam satu malam. Contoh lain yang dapat mengendalikan kita adalah nafsu makan, seks, materi, masa lalu, hobi, dll. Demikian halnya dengan kebebasan, apabila kita tidak dapat mengendalikan kebebasan, makan kebebasanlah yang akan mengendalikan hidup kita, dan pada akhirnya kita tidak taat.

Bicara mengenai pengendalian diri, ini bukanlah hal yang mudah. Mari kita belajar tentang pengendalian diri yang benar. Contoh : Pernahkah kita berusaha keras untuk tidak marah, atau untuk tidak makan berlebihan namun pada prakteknya kita melakukan sebaliknya? Kita merasa putus asa dan gagal untuk mengendalikan diri. Sudah sadar dan mau bertobat akan dosa namun jatuh terus di lubang yang sama. 

Marthin Luther, seorang reformator terkenal karena ungkapan-ungkapannya yang paradoksal. Ketika Luther menjelaskan tentang bagaimana situasi orang Kristen setelah ia dibenarkan oleh Tuhan, maka ia menyebutnya sebagai : simul iustus et peccator, artinya adalah orang benar, namun sekaligus berdosa. Maksudnya, kita adalah orang yang dibenarkan karena iman percaya kepada Yesus, tetapi kita sekaligus juga manusia yang berdosa. Apabila kita masih mempunyai potensi untuk berbuat dosa, berarti kecil sekali kemungkinan kita untuk dapat mengendalikan diri. Jika kita memiliki pandanngan pengendalian diri bahwa kita sendiri yang mengendalikan diri, maka kurang tepat dan itulah sebabnya kita jatuh di lubang dosa yang sama berulang-ulang. Lalu apa yang harus kita lakukan? Jadi pengendalian diri yang bagaimana?

Pengendalian diri adalah bagian dari buah Roh bukan buah roh (perhatikan perbedaan di huruf besarnya).  Kata buah Roh di Galatia 5 artinya hidup dipimpin oleh Roh Allah. Pengendalian diri yang benar adalah memberikan kendali hidup kita sepenuhnya ke tangan Tuhan. Ijinkanlah Tuhan yang mengendalikan hidup kita. Kendali dalam tangan Tuhan berarti bukan lagi melakukan apa yang kita inginkan, tetapi melakukan apa yang Tuhan inginkan. Dalam pengendalian diri, Roh Tuhanlah yang menjadi andalan dan tumpuan utama. Bersama rohNya kita cakap menanggung segala perkara, rohNya membawa dan memimpin kita kepada kemerdekaan tentunya akan menuntun kita pada kemenangan. Inilah arti kebebasan harus disertai dengan ketaatan. (sc)

“Self-control is not talking about how we can control ourselves, but it’s about giving the control to the hands of God.”

Friday, June 12, 2015

Reality vs Dream




“Kenyataan tak seindah yang diharapkan!” Manusia dipenuhi dengan berbagai keinginan, impian dan harapan yang sering kali terlalu idealis dan sukar untuk diwujudkan. Beberapa yang ekstrim tidak dapat menerima kenyataan yang ada, sampai-sampai kehilangan akal sehat dan menjadi gila. Bolehlah bermimpi dan mempunyai harapan tinggi, tapi realistislah dalam menjalaninya.

Yah begitulah hidup...seringkali tak seindah yang diharapkan. Seperti halnya mengendarai mobil atau motor, maunya jalanan mulus dan lancar tapi kenyataan tiba-tiba ada lubang besar di tengah jalan dan tidak dapat dihindari serta macet yang semakin menggila. Suka tidak suka dan mau tidak mau harus dihadapi, bukan?

Jika apa yang diharapkan tidak terpenuhi, biasanya kita akan sedih dan kecewa. Itu adalah yang hal wajar. Semua orang juga mengalaminya. David Richo dalam bukunya “The Five Things We Cannot Change and the Happiness We Find by Embracing Them” yang harus disadari dan disikapi dengan benar dalam menjalani hidup adalah :
1. Perubahan merupakan bagian dari kehidupan (Change is part of life)
Mengharapkan segala sesuatu tetap sama menurut keingingan kita itu mustahil. “Gak nyangka yah dia jadi begitu sekarang. Dulu dia orangnya baik dan bisa dipercaya.” Orang dapat berubah seiring berjalannya waktu. Ada yang menjadi pribadi yang lebih baik, ada yang sebaliknya. Sadarilah perubahan tidak dapat dihindari tapi harus dihadapi. Biasakan diri terhadap perubahan. Toh kita sendiri pun harus terus berubah untuk menjadi seperti Kristus, bukan?
2.  Segala sesuatu tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana (Things do not always go according to plan).
Acong & Amei sudah kenal dan berpacaran cukup lama bahkan mereka sudah merencanakan sebuah pernikahan. Rencana pernikahan pun dipersiapkan sebaik mungkin. Seminggu sebelum pernikahan berlangsung, Acong mengalami kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya. Rencana pernikahan pun tidak terjadi dan Amei begitu terpukul dengan kejadian tersebut.” Manusia dapat merencanakan namun Tuhan jugalah yang menentukan. Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya. (Amsal 16:9)
3.      Hidup tidak selalu adil (Life is not always fair)
      “Gue udah kerja setengah mati pake acara lembur-lembur....eh masa dia yang dapat promosi. Sakitnya tuh disini....!” Ya hidup sering kali memperlakukan kita dengan tidak adil tapi perlu diingat Tuhan selalu adil. Responilah situasi demikian dengan berpikir positif. Jika sudah kerja giat tapi belum juga promosi datang...ya sabar saja. Mungkin belum waktunya. Tetap kerjakan yang terbaik, jangan menggerutu dan banyaklah mengucap syukur. Ingatlah selalu bahwa apa yang ditabur pasti dituai. Perhatikan saja kualitas benihnya. Keadilan Tuhan sempurna dan ijinkanlah Dia berdaulat penuh atas hidup ini maka kita dapat melewati kehidupan yang tidak adil.

4.      Derita/sakit adalah bagian dari hidup (Pain is part of life)
Semua orang pasti mengalami sakit dan menderita. Tidak ada satu pun manusia di muka bumi yang hidupnya tidak mengalami sakit. Bahkan seorang raja, orang terkaya, orang paling terkenal, orang yang paling berhasil dan berpengaruh pun mengalaminya. Itulah yang menandakan kita ini manusia yang tidak sempurna dan bukan Tuhan. Melalui hal ini kita dibentuk menjadi lebih rendah hati dalam menyikapi hidup.
5.      Orang itu tidak mencintai dan loyal dalam keseluruhan waktu. (People are not loving and loyal all the time).

Cinta, dukungan dan loyalitas dalam kehidupan di dunia ini yang sementara ini pun sangat bersifat sementara, ada batas waktu dan seringkali bersyarat. Dalam dunia politik pernyataan ini sangat tepat ketika bergonta-ganti partai menjadi sebuah fenomena yang biasa. Ketika kawan politik pada periode lalu menjadi lawan politik pada periode sekarang, dan ketika orang yang dulu dibantu/didukung malah saat ini menjadi musuh nomor satu. Contoh lain dalam menjalin hubungan pun, cinta bersyarat sering kali lebih dominan dibandingkan dengan cinta agape. Ada kemungkinan dimana yang satu menjadi tidak loyal dan beralih ke yang lain.
 
Menyadari dan menyikapi kelima hal di atas dengan benar menjauhkan kita dari kekecewaan yang mendalam dalam hidup dan memudahkan kita untuk “move on” (red. melanjutkan menjalani hidup). Move On berarti rela melepaskan masa lalu, tidak diingat-ingat kembali, melepaskan pengampunan terhadap diri sendiri dan orang lain. Jadi bagaimana menanggapi impian/harapan tidak seindah yang diharapkan? Marilah kita belajar berdoa seperti yang ditulis oleh seorang teologiwan Kristen yaitu Reinhold Niebuhr antara tahun 1930-1940an. Doa ini telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia dan banyak yang dikuatkan serta dibangkitkan kembali dari segala kelemahan dan keterpurukan. Inilah doanya :
Ya Tuhan, anugerahkanlah kepadaku kedamaian
Untuk menerima hal-hal yang tidak dapat aku ubah;
Keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah;
Dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.
Kita harus menyadari bahwa dalam kehidupan, ada hal-hal yang memang tidak dapat kita ubah. Kita tidak dapat mengubah bagaimana dan dimana kita lahir, kita tidak dapat mengubah siapa keluarga kita, kita tidak dapat mengubah hal-hal yang telah berlalu, dan masih banyak lagi yang memang tidak dapat kita ubah. Ada juga waktu dimana kita juga harus melalui lembah kekelaman dan kita tidak dapat mengubahnya karena Tuhan sedang mengijinkan kita untuk melalui proses tersebut. Proses yang menuntun kita semakin dekat dengan Tuhan, membuat kita semakin disempurnakan dan semakin serupa denganNya. (sc)


Wednesday, April 8, 2015

Selingkuh? Yang Keren itu Yang Setia



Istilah tua-tua keladi pantas disematkan ke Pendeta Senior satu ini. Di usianya yang sudah menginjak kepala tujuh, ia memiliki selingkuhan seorang janda yang usianya 25 tahun lebih muda darinya. Status yang masih beristri menambah panjang daftar keburukannya. Layaknya remaja ABG, pendeta ini pun tak ragu bermesraan di depan umum. Perselingkuhan ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan umat kristen maupun katolik. Anggota DPRD Kota X mengatakan, ia sangat menyayangkan konflik di gereja X tersebut yang tidak kunjung selesai dan malah merembet ke konflik keluarga seharusnya tidak tersebar ke publik. –Kutipan Berita-
Kisah perselingkuhan artis tenar selalu menjadi konsumsi publik paling laris yang ditayangkan infotainment. Tapi bagaimana jika hal tersebut terjadi di kalangan gereja Tuhan? Seorang pendeta besar jatuh dan menjadi bahan gunjingan banyak orang. Itulah realita hidup. Apakah layak diperbincangkan? Mendengarnya saja sudah malu dan membuat hati hancur. Kok bisa ya? Sejumlah pertanyaan bermunculan. Salah satunya adalah dimanakah kesetiaan yang selama ini dikhotbahkan di mimbar. Apakah kesetiaan hanya sebuah slogan belaka? Apakah janji setia dalam pernikahan luntur seiring berjalannya waktu?
Kesetiaan merupakan karakter yang dihasilkan dari waktu ke waktu dan terus menerus diperjuangka sampai akhir. Beberapa hal yang menjadi dasar dalam membangun kesetiaan :
 
Komitmen
Komitmen adalah sebuah janji terhadap diri sendiri atau orang lain dibuat atas dasar kasih yang tercermin dalam tindakan kita. Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya sebagai sikap sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang. Komitmen mendorong rasa percaya diri, semangat, kualitas hidup menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Komitmen mudah diucapkan namun lebih sukar untuk dilaksanakan. Mengiyakan sesuatu dan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab adalah salah satu sikap komitmen.
Jika kita terus berpegang pada komitmen, secara perlahan kesetiaan dibangun dan dipupuk. Dengan berpegang teguh pada komitmen, maka seseorang akan mempunyai keteguhan jiwa, kestabilan diri, toleransi, mampu bertahan pada masa-masa sulit dan tidak mudah terprovokasi. Pembaharuan komitmen dalam keluarga menuntun pada kekokohan dan keharmonisan.
 
 
 
Melepaskan Hak
Sumber dari masalah, perselisihan, pertengkaran dan perceraian adalah karena ego terlalu besar dan tidak mau menyerahkan hak. Merasa berhak dihargai, merasa berhak diperhatikan, merasa berhak didahalukan, merasa berhak dihormati. Menuntut apa yang menjadi haknya, jika tidak mendapat maka tersinggung, kecewa, marah, merasa diperlakukan tidak adil, merasa dilecehkan dan disepelekan. Jika kita mengasihi dengan benar dan tulus, belajar melepaskan hak. Memang tidaklah mudah dan bagi dunia hal ini dianggap sebagai suatu kerugian dan kebodohon.
 
 
Rasul Paulus berkata di Kis 9:12 Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan injil Kristus. Melepaskan hak berarti rela tidak menikmati apa yang menjadi bagian atau haknya, atau rela melepaskan apa yang menjadi miliknya. Dalam rumah tangga, jika hal ini diterapkan maka keharmonisan terus dibangun dan kasih pun semakin kuat dan terus menyala.
 
Pengorbanan
Jaman sekarang ini begitu banyak keluarga hancur karena adanya pihak ketiga. Selalu yang menjadi sorotan utama adalah pihak ketiganya yang dianggap tidak bermoral dan merusak rumah tangga orang padahal tidak selalu murni demikian. Perselingkuhan menjadi marak dan ancaman bagi keluarga-keluarga. Memang banyak wanita/pria di luar sana yang memang mempunyai niat secara sengaja untuk menghancurkan rumah tangga. Namun yang menjadi kekuatan inti adalah adanya kasih di dalam keluarga itu sendiri.
 
Perbedaan pendapat, perselisihan dan pertengkaran pasti ada. Namun jika mengerti arti pengorbanan maka banyak keluarga pasti bertahan melewati ujian-ujian hidup. Contoh yang paling nyata dan sempurna tentang berkorban adalah Tuhan Yesus. Yohanes 3:16 mengatakan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dasar dari pengorbanan adalah Kasih.
 
Faktor pendorong utama yang menggerakkan seseorang untuk berkorban adalah kasih yang mendalam. Pengorbanan adalah ekspresi tindakan nyata terhadap orang yang dikasihi. Dalam rumah tangga, jika kasih masih menyala dalam hati kedua belah pihak, maka badai apapun akan dihadapi dengan mudah. Bila dalam rumah tangga, kedua belah pihak menyadari setiap hari dengan memberi diri sebagai korban yang hidup, kudus dan berkenan, maka Tuhan akan mencurahkan api kasihNya yang berlimpah di atas mezbah keluarga. 
 
Kesetiaan bukan hanya sebuah keputusan instan sekali saja. Hari ini bisa ngomong setia, belum tentu esok hari. Manusia sangat mungkin untuk berubah setia. Musim berganti dan badai datang menguji apa yang ada dalam hati seseorang dan menyingkap siapa sesungguhnya.  Hidup di tengah angkatan yang tidak setia adalah tantangan besar. Namun Anugerah Besar pun tersedia dan dicurahkan luar biasa hari-hari terakhir ini. Tetaplah berpegang pada komitmen, belajar melepaskan hak dan berkorban. Yang terakhir janganlah lupa bukan dengan kekuatan kita melakukan semua itu, bersandarlah dan hiduplah dalam AnugerahNya. Biar oleh karena AnugerahNya, keluarga kita menjadi harmonis dan jadi berkat buat banyak orang. Tuhan sangat mengasihi keluarga-keluarga dan biarlah banyak keluarga mengalami restorasi dan kesembuhan. Anak-anak pun dapat tumbuh dengan benar melihat teladan nyata dari orang tua. Biar nama Tuhan dipermuliakan melalui keluarga-keluarga! (sc)
 “Hold faithfulness and sincerity as first principles.” – Confucius