Sunday, November 30, 2014

Bukan Sekadar Setia




Kita diciptakan segambar dan serupa dengan Dia yang adalah Allah yang setia (Ulangan 7:9), maka seharusnya kesetiaan menjadi ciri khas/identitas kita. Kesetiaan adalah melakukan sesuatu yang benar bukan hanya sekali, tapi berulang-ulang kali sehingga menjadi kebiasaaan yang menetap dan menjadi karakter. 


Menjadi pribadi yang setia adalah keputusan yang dibuat secara sadar disertai pemahaman bahwa "Saya dirancang Tuhan sebagai pribadi yang setia!" Ujian-ujian dalam hidup yang diijinkan terjadi, membentuk kita menajadi pribadi yang setia. Salah satunya, kita perlu menyadari bahwa untuk segala sesuatu tidak ada yang instan. Tuhan mengajarkan kepada kita untuk setia dalam perkara kecil. "Barangsiapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar jug dalam perkara-perkara besar." (Lukas 25:21)

Buang pikiran yang berorientasi pada keuntungan besar dalam waktu singkat dan menjadi kaya dengan instan dan mudah. Apalagi sampai menggunakan cara-cara yang tidak baik. Tantangan pasti ada, namun hadapilah dengan sabar, tekun dan banyak mengucap syukur. Selain itu "benar dalam perkara-perkara kecil" berarti mengerjakan apa yang benar di mata Tuhan dan di hadapan manusia. Kerjakan usaha yang halal dengan etika bisnis yang benar sehingga memberkati Tuhan dan kehidupan orang banyak. Inilah keberhasilan yang sesungguhnya. 

Tuhan juga mengajarkan kesetiaan dalam hubungan, baik hubungan pertemanan, dengan relasi bisnis, dan juga dalam pernikahan. Kesetiaan dalam hubungan, selalu mengandung dua hal : Komitmen dan Kasih. Amos 3:3 berkata," Berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum berjanji?" Ada perbedaan mendasar antara persetujuan bersama (agreement) dengan komitmen. Sekedar setuju (agree)/sepakat saja tidak menghasilkan apa-apa. Yang luar biasa adalah membuat orang dapat berkomitmen, karena komitmen mampu menggerakkan/memberdayakan agreement menjadi kenyataan. 

Komitmen terhadap suatu hubungan menjadi dasar untuk dapat setia. Kerelaan dan kemauan untuk berkomitmen menjadikan pribadi yang setia dan dewasa. Amsal 3:3-4 mengatakan janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia. Kasih dan kesetiaan tidak dapat dipisahkan. Kasih tampak dalam tindakan yang bentuknya adalah tindakan setia. Misalnya mengampuni dan menerima kembali orang yang bersalah dan menyakiti kita.

Ketika kasih menjadi dingin maka kesetiaan pun mulai memudar dan muncul permasalahan dalam hubungan. Mudah sensitif, kecewa dan sakit hati. Pikiran dan hati menjadi sempit dan egois. Mulai terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam hubungan seperti pertengkaran dan perselingkuhan yang diakhiri dengan hancurnya hubungan. Peliharalah kasih agar tetap menyala dan nyatakanlah kesetiaan sebagai cerminan dari identitas dirimu. (sc)


BLESSING - Edisi April 2014

No comments:

Post a Comment